(Cikal Bakal Berdirinya Kerajaan Jailolo, Bacan, Tidore
dan Ternate)
Oleh:
SOFYAN BARAKATI, S.Pd
Suatu ketika mendaratlah di Limau
Gapi (Ternate) seorang dari Arab bernama JAFAR SADEK (terkadang disebut JAFAR
NOH). Dia naik di atas bukit bernama Limau Jore-Jore dan membangun rumahnya di
sana. Dikaki bukit Limau Jore-Jore itu terdapat sebuah danau kecil bernama Ake
Santosa. Suatu petang, ketika hendak mandi, Jafar Sadek melihat ketujuh
bidadari itu. Setelah puas mandi, ketujuh bidadari bersiap-siap pulang, tetapi salah seorang diantaranya,
bernama NUR SIFA, tidak dapat terbang pulang karena sayapnya hilang. Nur Sifa
adalah putri bungsu di antara ketujuh bidadari bersaudara itu. Karena tidak
punya sayap, Nur Sifa terpaksa tingal di bumi dan kawin dengan Jafar Sadek.
Dari perkawinan ini lahirlah tiga orang anak laki-laki, dan masing-masing
diberi nama: yang tertua BUKA, yang
ke dua DARAJAT dan yang ketiga SAHAJAT. Pada suatu hari, ketika Nur
Sifa memandikan si bungsu Sahajat, ia melihat bayangan sayapnya yang terpantul
di air mandi Sahajat. Ia
melihat ke atas dan sayapnya tersisip di atap
rumahnya, tempat suaminya menyembunyikannya. Ia lalu mengambil sayapnya dan
mencoba terbang sebanyak tiga kali. Tetapi setiap kali terbang, si bungsu
Sahajat selalu menangis. Ia lalu menampung air susunya pada sebuah gelas serta
berpesan kepada si sulung Buka agar memberi minuman adiknya bila menangis, dan
agar menberitahukan ayahnya kalu pulang, bahwa ibunya telah kembali ke tempat
asalnya. Setelah itu, Nur Sifa terbang tanpa mengindahkan tangisan Sahajat.
Ketika Jafar Sadek tiba di rumah dan mendengar pemberitahuan Buka, ia pun
menangis. Tangisan Jafar Sadek didengar seekor burung elang laut (GOHEBA) yg bertanya kepadanya apa yg
sedang terjadi. Setelah Jafar Sadek menceritakan segalanya, burung itu
menawarkan jasa menerbangkannya ke kayangan dengan menaiki pungungnya.
Sesampainya di kayangan, Jafar Sadek bertemu ayah Nur Sifa dan berkata
kepadanya: "istri saya, anak Anda." Penguasa Langit itu menghadirkan
ketujuh bidadari yang secra lahiria mirip, baik wajah, postur tubuh maupun
perawakannya. Jafar Sadek diminta menunjuk istrinya, salah seorang di antara
ketujuh bidadari serupa itu, dengan syarat jika ia tidak dapat menunjuk dengan
tepat, ia harus mati. Ia boleh membawa pulang istrinya bila dapat menunjukannya
dengan tepat. Dalam keadaan bingung, datanglah seekor lalat besar berwarna
hijau (Gufu Sang) hingap dipundaknya
dan menawarkan jasa sambil meminta imbalan. Kepada Gufu Sang, Jafar Sadek
menjanjikan semua yang berbau busuk di muka bumi ini untuknya, dan Gufu Sang
menyetujuinya dengan pesan "perhatikan
baik-baik, saya akan mengelilingi semua bidadari itu, tapi pada siapa saya hinggap,
itulah istrimu." Gufu Sang mengenal Nur Sifa dari bau badannya sebgai
seorang yang tengah menyusui. Atas bantuan Gufu Sang, Jafar Sadek menunjuk
dengan tepat istrinya, dan ahirnya penguasa langit menerima Jafar Sadek sebgai
anggota keluarganya serta merestui perkakawinannya. Selama tingal di kayangan,
Jafar Sadek dan Nur Sifa dikarunai seorang putra yang di beri nama MASHYUR MALAMO. Setelah putra itu
berusia setahun, maka merekapun hendak pamit kembali ke bumi. Tetapi setiap
kali akan kembli, sikecil selalu menangis. Maka penguasa langit berkata: "pasti ia mau penutup kepalaku" KOFIA (dalam: bahasa Ternate). Ketika
kopia dikenakan di kepala si kecil, ia pun diam. Maka kemblilah keluarga itu ke
bumi, dan Mashyur Malamo yg dibawahnya dari langit, pemberian kakeknya si
penguasa langit. Ketika Jafar Sadek dan Nur Sifa tiba di bumi, mereka bersua
kembali dengan ketiga anaknya yg telah lama di tingalkan. Nur Sifa memberikan
tanda-tanda tertentu sebagai tempat duduk keempat anaknya. Anak pertama, Buka,
diberi sepotong puncak pohon (Age).
Buka kemudian bertolak ke Makean dan menjadi cikal bakal kerajaan Bacan. Anak
kedua, Darajat, mendapat tempat duduk sepotng kayu terapung (Ginoti). Ia bertolak ke Moti kemudian
menjadh cikal bakal kerajaan Jailolo. Anak ketiga Sahajat memperoleh batu (Mari) sebgai tempat duduk. Ia pergi ke
Tidore dan menjadi cikal bakal Kerajan Tidore. Dan Mashsyur Malamo, memperoleh
sebuah kursi dan menjadi cikal bakal kerajan Ternate dan Kopia pemberian
kakeknya yg dibwah dari langit menjadi mahkota Kerajan Ternate hingga sekarang.
SEKIAN….!!!
(Naida, Sejarah Ternate; Adnan Amal, Kepulauan Rempah-Rempah)

Tidak ada komentar:
Posting Komentar